Mungkin kita banyak yg bertanya kenapa posisi Lokomotif (terutama
Lok berkabin tunggal) harus diputar? padahal kan bisa maju mundur??
Alasannya yaitu mencegah keausan pada satu sisi roda Lokomotif karena
mengalami beban pada saat membelok. Ada 3 cara membalik posisi
lokomotif dari Long Hood (LH) menjadi Short Hood (SH) :
1. Segitiga Pembalik
Dengan cara membalik lokomotif dari long hood menjadi short hood
menggunakan segitiga pembalik yaitu cara yang kuno dan sudah jarang
untuk dilakukan pada masa kini. cara ini juga memerlukan lahan yang luas
sehingga jarak yang ditempuh juga lumayan jauh untuk berputar dari
loong hood menjadi short hood. Lokomotif yang harus akan diputar pun
harus melewati pemukiman penduduk yang jarak antara rel dengan rumah
kurang dari 1 meter. Contoh tempat yang masih menggunakan segitiga
pembalik ialah Dipo Lokomotif Semarang Poncol dan Solo Balapan. karena
di Dipo Lokomotif Semarang Poncol tidak menggunakan cara turn table,
apakah itu cara turn table??
Gambar diatas merupakan salah satu proses pemutaran lokomotif dengan menggunakan Segitiga Pembalik.
2. Ballon Loop
Yang ini agak sedikit rumit karena memakan banyak lahan. Berbentuk
segitiga dan lokonya harus berjalan dari sisi sebelah kiri (difoto) lalu
berbelok ke kiri ( menuju ke atas ) terus kembali dan berbelok ke kiri
(menuju sebelah kanan) dan baru kembali ke awal (sisi kiri foto).
Stasiun Solo Balapan dan Semarang Poncol yang kebetulan memiliki Dipo
Lokomotif memliki ini.
Dengan cara Ballon Loop adalah cara yang memakan waktu . Karena
berbentuk lintasan panjang, namun kadang Ballon Loop tidak hanya
digunakan untuk memutar satu Lokomotif saja, tapi bisa lebih dari satu
atau bahkan juga digunakan untuk memutar satu rangkaian KA. Mungkin
dari gambar sudah jelas ya. Ada di Sidotopo (Surabaya), Jakarta (Muter
Jatinegara Pasar Senen - Duri - Angke - Manggarai - Jatinegara lagi
Ada lagi di Tanjung Karang (biasanya untuk memutar Lokomotif beserta
rangkaian Babaranjang)
3. Turn Table
Turn Table merupakan tempat untuk memutar posisi lokomotif. Cara yang
paling praktis yang di gunakan hingga masa kini. tidak memerlukan lahan
yang luas. Bentuknya berupa cekungan bundar mirip kolam. Namun di
tengahnya memiliki jembatan rel yang memiliki as sehingga bisa diputar
hingga radius 180 drajat. Sebagai penumpu agar ketika lokomotif diputar
tidak terasa berat sekali. Maka diujung rangka bawah jembatan dipasang
roda. Roda ini menumpu pada rel yang terpasang melingkar. Setelah
lokomotif yang akan diputar posisinya sudah masuk ke tengah jembatan
turn table, selanjutnya dengan tenaga manual bisa langsung didorong.
Cukup 4 orang dewasa, lokomotif seberat 78 ton seperti CC 203 dan CC 204
bisa diputar dengan enteng.
Turn table ini terbilang sarana paling praktis
untuk memutar lokomoif. Jika ingin melihat langsung bentuk turn table
silahkan datang langsung ke Dipo Lokomotif. Tapi tidak semua Dipo
lokomotif memiliki turn table, contohnya Dipo Lokomotif Semarang Poncol
dan Dipo Lokomotif Sidotopo tidak memiliki turn table. Dulu pernah ada, tapi sekarang sudah tertimbun tanah.
Dan bagaimana jika roda kereta saat masuk atau keluar turn table
tidak pas rel, inilah akibatnya. Cukup fatal jika dalam melaksanakan
pemutaran lokomotif menggunakan turn table dengan jumlah orang yang
sedikit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar